Kamis, Desember 04, 2008

part 2

Part2
Kegetiran bertambah saat adiku lahir, begitu bahagianya dia yang aku lihat dari hati kecilku ini. Limpahan kasih sayang dari orang tua yang begitu aku rindukan. Beruntungnya dia bisa mendapatkan curahan kasih saying mama sepanjang hari. Dia tumbuh tak ada titik hitam sedikitpun.
Aku tak bisa diam begitu saja harus ada usaha untuk mendapatkan perhatian mereka tapi dengan cara yang lebih dewasa. Saat itu usia ku berumur 10 tahun, aku sudah bosan dengan hal-hal yang membuatku sangat muak. Hal yang belum pernah terpikrkan olehku aku bicra dengan orang tuaku dan menanyakan apa keadilan untuk ku ada? Apa aku bukan anak mereka? Kenapa selama ini mereka menitipkan ku pada nenek ku?
Jawaban yang belum aku bisa cerna saat itu, mereka suguhkan. Tapi sampai saat ini aku masih belum bisa mengerti apa yang mereka ucapkan saat itu.

Mereka mengajakku tinggal bersama dengan mereka. Betapa senang nya saat itu, betapa indahnyya saat itu perjalanan yang begitu sangat membuatku berada di langit k-7. AKHIRNYA….!!!
Tapi ternyata tak seperti yang aku bayangakan!!! Aku memang sudah tinggal bersama mereka mendapatkan hak-hak ku tapi rasanya aku seperti orang asing bagi keluarga ku sendiri. Canggung, dan agh.. pokoknya berbeda dengan suasana saat aku bersama dengan nenek ku. Oh ini yang aku rasakan sekarang, rasa itu begitu membuatku bertanya apa aku penting dalam hidup mereka????
Tapi untungnya ayahku mulai memperhatikanku. Masi teringat dalam benakku sekarang saat aku duduk dalam pangkuannya. Indah rasanya. Hangat peluakan yang selalu aku rindukan. Oh tuhan jangan sampai kau melepaskan pelukan ini. Hal yang aku rindukan sedikit terobati.!!
Menarik perhatian mama ternyata begitu sulit. Hal yang paling aku tidak suka adalah mama selalu membanding-banding kan aku dengan adikku. Selalu aku yang disalahkan saat adiku menangis padahal memang salah dia sendiri yang memulainya, s’enaknya mengejek ku, bagaimana aku tidak kesal. Selalu, aku yang harus disalahkan entah kenapa??
Tak kuasa menahan segala kepiluan hati, aku tetap berdoa agar suatu saat nanti aku mendapatkan keluarga yang selama ini jauh dari sisi ku.

2 tahun setelah itu akhirya aku mendapatkan apa yang aku inginkan!!

akh..mama ku tersayang

papa yang aku cintai

keluarga yang aku dambakan telah datang.....


Kamis, November 27, 2008

my life part 1

Sesuatu itu kini telah hilang, waktu benar-benar seperti roda tak bisa aku hentikan semenit saja.

Rasanya baru kemarin aku keluar dari rahim ibuku. Merasakan hangat nya pelukan pertama dari kedua orang tuaku. alunan suara yang pertama kali aku dengarkan oleh telinga ku sendiri, suara azan yang begitu indah dari suara ayahku. Cahaya yang menusuk kornea mataku. Tak sadar bahwa kelahiran itu adalah suatu kehidupan yang penuh dengan kemunafikan, keanehan, Sesutu yang oleh mata manusia tak dapat terlihat dan menyakitkan.

Suatu kehidupan yang terlihat seperti mempunyai masa depan yang begitu baik, suci tanpa dosa, tanpa suatu yang membuatku merasa terhina. Darah yang mengalir begitu terasa disejur tubuhku tangisan yang begitu menyengitkan telinga orang-orang yang ada disekitarku. Begitu indahnya masa itu, masa cucuran kasih sayang dari orang-orang.

Waktu terasa begitu cepat usia ku terus bertambah. Hal itu telah datang, hal yang begitu banyak macamnya. Hari-hari aku jalani dengan suatu ketidak pastian orang tua ku sibuk dengan urusan masing-masing. Dan aku, harus tinggal dengan orang yang seharusnya aku panggil “nenek” tapi tak berlaku bagiku karena sepertinya dia adalah ibu yang melahirkan ku. Yang memberikan susu, makanan yang ia buat sendiri untuk ku, memandikanku, menyuapiku, yang mengajarkan kepada ku untuk hidup tegar dan kuat.

Menjalani hidup dengan orang yang bukan melahirkan kita ternyata membuat hidup secara garis besar telah menjadi sedikit lebih liar. “anak perempuan yang begitu liar” tak punya aturan tak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Bukan karena nenek tidak mengajarkan tapi itulah kenyataannya, seakan aku tak peduli oleh petuah bijaknya.

Masa kanak-kanak yang begitu suram,! entah apa yang orang tuaku pikirkan sehingga menjauhkan diriku dari kehidupanku akan masa kecil yang seharunya begitu indah. Itulah yang menjadi pertanyaanku sekarang!!. Hal yang membuatku sangat menyesal sekarang atas perbuatanku di waktu kecil . peberontakan adalah salah satu jalan untuk menarik perhatian mereka. Ya!! Itu benar. Itu yang aku lakukan dulu.

Tapi apa hasilnya ? NIHIL.. tetap aku tak bisa menarik perhatian mereka. Bahkan ibuku tak datang disaat aku terbaring di rumah sakit. Terlintas untuk mengakhiri masa ini.!! Hasilnya bukanya ko’id malah dapat tanda 16 jahitan.

Hatiku menjerit, bertanya dimana mereka ?

Dimana rasa sayang yang mereka simpan untuk ku ?

Kegetiran bertambah saat adiku lahir, begitu bahagianya dia yang aku lihat dari hati kecilku ini. Limpahan kasih sayang dari orang tua yang begitu aku rindukan.

TO BE continue...

my dream

Para wartawan sedang menunaikan tugas

Wartawan atau jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme, yaitu orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan/ dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet. Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya; dan mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.

Istilah jurnalis dan wartawan di Indonesia

Istilah jurnalis baru muncul di Indonesia setelah masuknya pengaruh ilmu komunikasi yang cenderung berkiblat ke Amerika Serikat. Istilah ini kemudian berimbas pada penamaan seputar posisi-posisi kewartawanan. Misalnya, "redaktur" menjadi "editor."

Pada saat Aliansi Jurnalis Independen berdiri, terjadi kesadaran tentang istilah jurnalis ini. Menurut aliansi ini, jurnalis adalah profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaannya berhubungan dengan isi media massa. Jurnalis meliputi juga kolumnis, penulis lepas, fotografer, dan desain grafis editorial. Akan tetapi pada kenyataan referensi penggunaannya, istilah jurnalis lebih mengacu pada definisi wartawan.

Sementara itu wartawan, dalam pendefinisian Persatuan Wartawan Indonesia, hubungannya dengan kegiatan tulis menulis yang di antaranya mencari data (riset, liputan, verifikasi) untuk melengkapi laporannya. Wartawan dituntut untuk objektif, hal ini berbeda dengan penulis kolom yang bisa mengemukakan subjektivitasnya.

Asal dan ruang lingkup istilah jurnalis

Dalam awal abad ke-19, jurnalis berarti seseorang yang menulis untuk jurnal, seperti Charles Dickens pada awal karirnya. Dalam abad terakhir ini artinya telah menjadi seorang penulis untuk koran dan juga majalah.

Banyak orang mengira jurnalis sama dengan reporter, seseorang yang mengumpulkan informasi dan menciptakan laporan, atau cerita. Tetapi, hal ini tidak benar karena dia tidak meliputi tipe jurnalis lainnya, seperti kolumnis, penulis utama, fotografer, dan desain editorial.

Tanpa memandang jenis media, istilah jurnalis membawa konotasi atau harapan keprofesionalisme dalam membuat laporan, dengan pertimbangan kebenaran dan etika.